BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 14 November 2010

Perbandingan antara ilmu kalam tentang wahyu, akal, dan kehendak tuhan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Adanya perbedaan pendapat dalam aliran-aliran ilmu kalam mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu dan kebebasan atau kehendak Tuhan. Perbedaan pendapat pada manusia adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Jika manusia sejak kecilnya memandang alam sekitarnya dengan pandangan filosofis – sementara pandangan orang berbeda-beda, maka kelanjutan ialah bahwa gambaran dan imajinasi manusia juga berbeda-beda.
Demikian juga halnya yang terjadi dalam kenyataan kehidupan kaum muslimin, di mana sejarah mencatat bahwa kaum muslimin sepeninggal Rasulullah SAW. Setelah terbagi kepada beberapa aliran dalam bidang Teologi yang semulanya hanya dilator belakangi oleh persoalan politik, seperti : Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah. Masing-masing aliran berbeda pendapat dalam mengemukakan konsep mereka dalam bidang teologi, di samping disebabkan karena mamang munculnya perbedaan itu terkait langsung dengan perbedaan kecenderungan, tingkat pengetahuan dan pengalaman, juga disebabkan karena di antara dasar-dasar agama, baik yang terdapat dalam al-Qur’an maupun hadis Nabi memberikan peluang untuk munculnya perbedaan persepsi dalam memberikan peluang untuk munculnya perbedaan persepsi dalam memberikan interpretasi, khususnya dalam lapangan teologi seperti masalah sifat-sifat tuhan, perbuatan manusia dan perbuatan Tuhan, keadilan, kehendak muthlak Tuhan, akal dan wahyu.
Akal adalah merupakan modal yang dimiliki manusia yang tidak dimiliki oleh hewan serta tumbuhan yang berfungsi untuk berfikir, merenung,serta aktifitas abstrak lainnya. pengertian wahyu secara etimologis  adalah : penyampaian sabda tuhan kepada manusia piihan-nya tanpa diketahui orang lain , agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai pegangan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak (Syaikh Abu Isma’il Ash-Shabuni (373H – 449 H)).

2.1 RUMUSAN MASALAH
1.        Apa yang Dimaksud dengan Wahyu serta Akal
2.        Bagaimana Pemikiran-Pemikiran Tentang Wahyu serta Akal
3.        Apa yang Dimaksud kehendak dan  kekuasaan Tuhan
4.        Bagaimana Pemikiran Khawarij, Murjiah, Syiah, Jabariyah, Qadariyah, Asy’ariyah, dan  Maturidiyah



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian  Wahyu serta Akal

Dikatakan “wahaitu ilaihi” atau “auhaitu” bila kita berbicara kepada seseorang agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan anggota badan (Syaikh Abu Isma’il Ash-Shabuni (373H – 449 H)(Nasution,1919:89).

Al-wahyu adalah kata masdar/infinitif, dan materi kata itu menunjukkan dua dasar, yaitu tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa wahyu adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus diberikan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Inilah pengertian masdarnya. Tetapi, kadang-kadang juga bahwa yang dimaksudkan adalah al-muha, yaitu penger tian isim maf’ul yang diwahyukan (Syaikh Abu Isma’il Ash-Shabuni (373H – 449 H)(Nasution, 1919:89).

Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi :

Menurut bahasa (lughah), kata wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy yang memiliki beberapa arti, di antaranya; suara, tulisan isyarat, bisikan, paham dan juga api. Ttp ada juga yang mengartikan bisikan  yang tersembunyi dan cepat (Syaikh Abu Isma’il Ash-Shabuni (373H – 449 H)). Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk dikerjakan( Hanafi, 1987:56).
øŒÎ) ÓÇrqムy7/u n<Î) Ïps3Í´¯»n=yJø9$# ÎoTr& öNä3yètB (#qçGÎm;sWsù šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä 4 Å+ø9é'y Îû É>qè=è% šúïÏ%©!$# (#rãxÿx. |=ôã9$# (#qç/ÎŽôÑ$$sù s-öqsù É-$oYôãF{$# (#qç/ÎŽôÑ$#ur öNåk÷]ÏB ¨@à2 5b$uZt/ ÇÊËÈ

 “Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman’.” (Al-Anfal: 12)
 Sedang wahyu Allah kepada para nabi-Nya secara syar’i mereka definisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan pengertian maf’ul, yaitu Al Muha (yang diwahyukan). Ustad Muhammad Abduh (1849M-1905M) mendefinisikan wahyu di dalam Risalatut Tauhid adalah pengetahuan yang didapat oleh seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan bahwa pengetahuan itu datang dari Allah, melalui perantara ataupun tidak. Yang pertama melalui suara yang menjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali(Hanafi,1980:59) .
Dengan demikian, pengertian wahyu secara etimologis  adalah : penyampaian sabda tuhan kepada manusia piihan-nya tanpa diketahui orang lain , agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai pegangan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak (Syaikh Abu Isma’il Ash-Shabuni (373H – 449 H)(Hanafi, 1980: 59).
Pengertian Wahyu Secara Istilah :
Pemberitahuan Allah SWT kepada hambanya yang terpilih mengenai segala sesuatu yang ia kehendaki untuk dikemukakannya, baik berupa petunjuk atau ilmu, namun penyampaiannya secara rahasia dan tersembunyi serta tidak terjadi pada manusia biasa(Hanafi,1980: 60).
Proses Komunikasi Allah kepada Malaikat
Komunikasi pewahyuan antara allah dg para malaikat sering terjadi, dan terjadi secara langsung tanpa perantara bahkan malaikatpun tanpa kesulitan dalam memahami firman Allah tersebut. contoh Q.S. Al-Baqarah/2:30(Hanafi, 1987: 90).
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
Artinya:
Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.


Proses Komunikasi Allah kepada Nabi/Rasul
Sebagaimana Q.S. Al-Syura/42:51 terdapat tiga bentuk komunikasi antara Allah dengan Nabi/Rasul:
1.      Melalui wahyu (komunikasi misterius). dalam hal ini kebenaran yang disampaikan kedalam kalbu atau jiwa seseorang tanpa terlebih dahulu timbul pikiran dan kebenaran itu menjadi terang bagi yang bersangkutan . wahyu dalam bentuk yang pertama ini semacam komunikasi langsung yang merupakan karunia khusus dari allah yg diberikan kepada nabi pilihan-nya. seperti mimpi yang benar yang diterima oleh Nabi Ibrahim Q.S. Al-Shaffat/37: 101-112. dan mimpi yang pernah dialami oleh Nabi Muhammad sebelum menerima Q.S. Al-Alaq.
2.      Dari balik tabir: penerimaan wahyu pada kasus ini sama sekali tidak melihat si pemberi wahyu. sekalipun tidak melihat apa-apa, Nabi mempunyai kesadaran yang sangat jelas bahwa di suatu tempat di dekatnya ada hal ghaib yang berbicara kepadanya dengan cara yang asing. misalnya Q.S. Al-A’raf/7:143; Q.S. An-Nisa’/4:164.
3.      Komunikasi verbal melalui utusan khusus. Q.S. Al-Syu’ara’/26: 192-196
¼çm¯RÎ)ur ã@ƒÍ\tGs9 Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÒËÈ tAttR ÏmÎ/ ßyr9$# ßûüÏBF{$# ÇÊÒÌÈ 4n?tã y7Î7ù=s% tbqä3tGÏ9 z`ÏB tûïÍÉZßJø9$# ÇÊÒÍÈ Ab$|¡Î=Î/ <cÎ1ttã &ûüÎ7B ÇÊÒÎÈ ¼çm¯RÎ)ur Å"s9 Ìç/ã tûüÏ9¨rF{$# ÇÊÒÏÈ
Artinya:
  Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.


Pengertian Akal
Akal adalah merupakan modal yang dimiliki manusia yang tidak dimiliki oleh hewan serta tumbuhan yang berfungsi untuk berfikir, merenung,serta aktifitas abstrak lainnya(Hanafi, 1987:98).
Akal menjembatani manusia untuk mengenal Tuhan-Nya. Kadang untuk mengenal Tuhan manusia memerlukan suatu proses yang disebut pengalaman Spiritual. Pengalaman Spiritual biasanya bersifat meyakinkan akal maupun hati itu sendiri(Hanafi,1987: 98).
Penggunaan akal untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an terutama yang belum jelas maksudnya. Keharusan untuk menggunakan akal diharuskan dalam Al-Qur’an, diantaranya( Rozak, 2007: 21):
Ÿxsùr& tbrã­/ytGtƒ šc#uäöà)ø9$# ôQr& 4n?tã A>qè=è% !$ygä9$xÿø%r& ÇËÍÈ
Artinya:
.Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?

2.2 Pemikiran Pemikiran Tentang Wahyu serta Akal

Aliran Asy’ariah mempunyai pemikiran segala kewajiban hanya dapat diketahui melalui wahyu. Akal tidak dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan tidak dapat mengetahui bahwa mengerjakan sesuatu yang baik dan menjauhi yang buruk adalah wajib bagi manusia. Betul akal dapat mengetahui Tuhan, tetapi wahyulah yang mewajibkan orang-orang mengetahui Tuhan-Nya Tuhan sebagai yang menetapkan baik dan buruk. Sedangkan akal berfungsi menjalankan perintah Tuhan( Rozak, 2007: 122).
Sedangkan Mu’tazilah mempunyai pemikiran sebaliknya bahwa akal dapat memperoleh segala bentuk pengetahuan termasuk mengetahui antara baik dan buruk maupun perintah-perintah Tuhan. Sebagai dasar pemikiran mereka bahwa akal kedudukannya diatas wahyu adalah akal sudah ada sebelum wahyu(Rozak, 2007: 84).
Menurut Al-Syahrastani sependapat dengan mu’tazilah yaitu akal dapat mengetahui kewajiban terhadap Tuhan dan kewajiban mengerjakan hal yang baik dan menjauhi hal buruk. Tentu saja manusia dapat mengetahui hal baik dan buruk semenjak akal dibuat berfikir( Hanafi, 1987: 76).
Al-Maturidiyah berpendapat sefaham dengan mu’tazilah bahwasanya akal dapat mengetahui kewajiban manusia berterima kasih kepada Tuhan-Nya namun Tuhanlah yang menetapkan mana yang baik dan buruk. Menurut Al- Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui dapat diketahui dengan akal. Dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan kita untuk menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan dan keimanan( Rozak, 2007: 125).

2.3  Pengertian Kehendak dan Kekuasaan Tuhan
Adanya perbedaan pendapat dalam aliran-aliran ilmu kalam mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, dan kebebasan atau kehendak  dan perbuatan manusia telah memunculkan pula perbedaan pendapat tentang kehendak mutlak(Rozak, 2007:181) .
Persoalan kehendak Tuhan adalah keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sebagai pencipta alam, Tuhan haruslah mengatasi segala yang ada, bahkan harus melampaui segala aspek yang ada itu. Ia adalah eksistensi yang mempunyai kehendak dan kekuasaan yang tidak terbatas karena tidak ada eksistensi lain yang mengatasi dan melampaui eksistensinya-Nya. Inilah makna yang dianut oleh aliran-aliran kalam dalam memahami tentang kekuasaan dan kehendak  mutlak Tuhan. Perbedaan aliran-aliran kalam dalam persoalan kehendak mutlak dan keadilan Tuhan ini didasari pula oleh perbedaan pemahaman terhadap akan  kekuatan akal dan fungsi wahyu(Rozak, 2007: 181).

2.3  Pebandingan Pendapat Antaraliran Tentang Kehendak dan Kekuasaan Tuhan
  1. Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa kekuasaan Tuhan itu sebenarnya tidak mutlak lagi. Ketidakmutlakan kekuasaan Tuhan itu disebabkan oleh kebebasan yang diberikan Tuhan terhadap manusia serta adanya hukum alam (sunatullah) yang menurut Al-Quran tidak pernah berubah(Rozak,2007: 182)
Oleh sebab itu, dalam pandangan Mu’tazilah  kekuasaan dan kehendak Tuhan berlaku dalam jalur hokum-hukum yang tersebar dalam tengah  alam semesta. Mu’tazilah mempergunakan ayat 62 surat Al-Ahzab yaitu (Rozak, 2007: 183)
p¨Zß «!$# Îû šúïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB ã@ö6s% ( `s9ur yÅgrB Ïp¨ZÝ¡Ï9 «!$# WxƒÏö7s? ÇÏËÈ

Artinya:
Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang Telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah. (Al-Ahzab:62)
Dalam ayat tersebut bahwa kebabasan manusia, yang memang diberikan Tuhan kepadanya, baru bermakna kalau Tuhan membatasi kekuasaan dan kehendak mutlaknya. Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan tidaklah memperlakukan kehendak dan kekuasaan-Nya secara mutlak namun terbatas. Kehendak mutlak-Nya Tuhan dibatasi oleh keadilan Tuhan itu sendiri(Rozak, 2007:183)
  1. Aliran Asy’ariyah
Aliran ini percaya kemutlakan kekuasaan Tuhan, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan. Yang mendorong Tuhan untuk berbuat sesuatu semata-mata adalah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya. Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhluk-Nya, Tuhan dapat memberi pahala atau siksa kepada hamba-Nya, itu semua adalah adil bagi Tuhan. Justru tidak adil bagi Tuhan jika Tuhan tidak dapat berbuat sesuai kehendak-Nya karena Dia adalah penguasa mutlak. Salah satu ayat Al-Qur’an yang dijadikan sandaran adalah surat Al-buruj ayat 16(Rozak, 2007:185):
×A$¨èsù $yJÏj9 ߃ÌムÇÊÏÈ
Artinya:
Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.(Al-Buruj(85):16)
Menurut aliran ini adalah kehendak Tuhan mesti berlaku. Bila kehendak Tuhan tidak berlaku, itu bearti Tuhan itu lupa, lalai dan lemah untuk melaksanakan kehendak-Nya, sedangkan sifat lupa, lalai, lemah adalah sifat-sifat yang mustahil  bagi Allah. Oleh sebab itu, kehendak Tuhan itulah harus berlaku, bukan kehendak lain. Manusia berkehendak setelah Tuhan sendiri menghendaki agar manusia berkehendak. Tanpa dikehendaki Tuhan manusia tidak akan berkehendak apa-apa. Ini bearti kehendak Tuhan dan kekuasaan Tuhan berlaku semutlak-mutlaknya dan sepenuhnya(Hanafi,1980:75).
  1. Aliran Maturidiyah
Dalam memahami kehendak dan kekuasaan Tuhan alairan ini terpisah menjadi dua, yaiti aliran Maturidiyah Samarkand dan aliran Maturidiyah  Bukhara. Pemisahan ini disebabkan perbedaan keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas terhadap kekuasaan mutlak Tuhan(Hanafi, 1980:134).
Kaum Maturidiyah Samarkand  adanya batasan kekuasaan mutlak Tuhan, kaum ini mempumnyai posisi yang lebih dekat dengan mu’tazilah, tetapi kekuatan akal dan batasan yang diberikan kepada kekuasaan mutlak Tuhan lebih kecil daripada yang diberikan aliran mu’tazilah. Menurut kaum ini kehendak Tuhan dibatasi oleh keadilan Tuhan(Anonim, 1986: 166).
Kaum maturidiyah Bukhara berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak, Tuhan berbuat apa yang dikehendaki_Nya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada dzat lain yang berkuasa daripada-Nya, tidak ada batasan-batasan bagi-Nya. Aliran Maturidiyah Bukhara lebih dekat dengan aliran Asy’ariyah( Anonim, 1986: 168).


  1. Aliran Jabariyah
Aliran Jabariyah terbagi menjadi dua mengenai pendapat tentang kekuasaan dan kehendan Tuhan yaitu aliran Jabariyah ekstri dan aliran Jabariyah moderat. Aliran Jabariyah mengatakan  bahwa perbuatan manusia bukan merupakan atas kemauannya sendiri. Manusia  tidak dapat bebrbuat apa-apa, manusia tidak memiliki kehendak. Kekuasaan dan kehendak Tuhan mutlak. Ini merupakan aliran Jabariyah Ekstrim( Rozak, 2007: 72).
Aliran Jabariyah moderat berpendapat bahwa kekuasaan dan kehendak Tuhan terbatas. Segala yang dikehendaki Tuhan, manusia masih berperan dalam melakukan perbuatannya sendiri( Rozak, 2007:64).
  1. Aliran Qadariyah
Aliran Qadariyah berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia merupakan atas kehendak sendiri, baik berbuat baik ataupun jahat. Manusia memiliki kebebasan dan kehendak tanpa terbatas oleh wahyu. Manusia memiliki daya sehingga manusia berkuasa atas segalanya. Tuhan memiliki kehendak dan kekuasaan yang terbatas. Aliran ini juga berpendapat tidak ada alasan menyandarkan segala kehendak manusia kepada kehendak Tuhan( Hanafi, 1987: 67).


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akal merupakan sesuatu yang tidak dimiliki moleh hewan, tumbuhan serta  akal merupakan alat untuk menjembatani untuk mengenal Tuhannya dan mengetahui ciptaanNya. Dan akal digunakan untuk berfikir tentang penciptaNya serta merupakan alat untuk mengetahui baik dan buruk.wahyu merupakan. Isyarat yang diberikan kepada seseorang secar cepat dan tersembunyi.  Secara keseluran akal dan wahyu memeng memiliki perbedaan sehingga kedudukan keduanya juga memiliki perbandingan.
Kehendak dan kekuasaan Tuhan menurut beberapa aliran terbatas, namun menurut sebagian aliran kehendak Tuhan mutlak adanya. Namun kehendak manusia tanpa adanya kehendak Tuhan itu tidak akan terjadi.

3.2 Saran
Perbedaan dalam menentukanwahyu danakal sebaiknya tidak dijadikan sebagai alatuntuk perpecahan dalam Islam. Menghargai pendapat antar aliran sangat diperlukan, dalam menyikapi perbedaan aliran serta penafsiran tentang wahyu, akal  dan kehendak Tuhan  harus menyikapi secara damai dan tidak ada pepecahan dalam Islam, perpecahan ini akan menimbulkan kemunduran dalam Islam.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986, Teologi Islam Aliran – Aliran. Jakarta: UI Press
Hanafi, A. 1980. Teologi Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna
 Hanafi, A. 1987. Pengantar Teologi Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Nasution, Harun.1919. Teologi Islam. Jakarta : UIP
Rozak,Abdul.2007. Ilmu Kalam. Bandung: CV. Pustaka Setia.

1 komentar: